Dia, Kau, dan Aku

Di bawah langit kelabu ini semuanya bermula. Ketika seorang yang pandai berpura-pura tegar akhirnya benar-benar berusaha untuk berpura-pura tersenyum.
Hei! Aku sudah tahu ini dari awal. Tapi mengapa aku baru merutuki hatiku, perasaanku, sekarang?

Aku benci tatapan itu. Tatapan penuh harap ketika tak seorangpun menyadarinya. KECUALI AKU.
Aku benci mata itu. Mata yang berpura-pura tak menyadari kehadiranmu, padahal ia di sampingmu.
Aku benci sikap itu. Sikap yang mengacuhkan sekitarnya tetapi akan fokus ketika melihatnya.
Aku benci sikap itu. Sikap yang seolah-olah kau adalah ratu di panggung sandiwara dan ia hanyalah rakyat jelata yang selalu memerhatikanmu walau kau acuhkan hingga menjadi sedemikian rupa.

Aku benci diriku yang terlihat tegar dihadapanmu walaupun sebenarnya aku hancur. Aku benci diriku yang memerhatikanmu walau dalam jarak. Aku benci diriku yang mencintaimu, yang diam-diam menaruh hati padamu.

0 komentar:

Posting Komentar