きょう は どうも ありがとう ございましたₒ

Langit kelabu menjadi saksi bisu. Hujan yang turun menyisakan titik embun yang membuat hati semu. Dinginnya angin itu menjadi deru hati yang telah membeku. Ditengah keramaian, akulah sang sosok diam. Lebih memilih berpura-pura tanpa memerhatikan perkara. Lebih memilih sakit hati daripada melukai. Lebih memilih mengalah demi terjaganya amarah. Akankah engkau mengerti? Segala yang telah aku lewati hanya untuk tetap mencintai? Diantara dunia yang sepi dan sendiri. Aku tetap berdiri tegak entah bertahan atau tidak. Tak tahu sampai kapan, tapi hanya memiliki harapan. Harapan untuk selalu bertahan disegala terjang terpaan kehidupan.

Senyummu, menyisakan pilu di hati yang kelabu pada langit biru. Selalu berawal bahagia, tetapi aku sadar akan kenyataan yang ada. Dirimu yang selalu menunggunya tanpa lelah dan tanpa kata. Seperti aku yang tetap diam dan selalu memendam. Terkadang kita saling memandang, dalam sorot mata satu sama lain bak indahnya fajar, tetapi tanpa ada satupun kata yang terlontar. Aku mengerti banyak tentangmu tetapi aku lebih memilih diam. Dan kehadiranku tak lebih dari ibarat kelabu di langit malam.

Karena kamu, aku mengerti arti maaf. Karena kamu, aku mengerti arti bersabar. Karena kamu, aku mengerti arti penantian. Karena kamu, aku mengerti arti mengalah. Dan karena kamu, aku mengerti arti cahaya dibalik mata dan bara dibalik hati.

Setiap hari, kita memiliki cerita sendiri yang kelak kan kita pelajari. Tak perlu meminta maaf dan memaafkan, karena sesungguhnya jalan Tuhan yang kita butuhkan. Kita tak perlu menghakimi diri sendiri, karena kitalah yang menjalani. Kita tak perlu menyesal dengan keputusan, karena hanya diri kita sendiri yang bisa membuat semua menjadi kesan. Bukan menjadi sebuah tetesan indah diatas pena pada setiap goresan.

Jika suatu saat nanti kau dapat menyadari seperti apa rasaku ini dan seperti apa perbuatanmu saat ini, tolong jangan pernah perlakukan orang lain seperti itu suatu saat nanti. Mungkin kau takkan pernah mengerti, mengapa aku tetap berdiri tegak menghadapi hari demi hari, demi hati yang seolah mati dan selalu aku yang terlukai. Dan mungkin kau tak pernah percaya, bagaimana hati ini selalu memiliki cara agar terhindar dari luka. Atau mungkin kau lebih tak percaya jika aku bercerita tentang 'sepasang mata' yang menatap 'mata lain' yang sedang memerhatikan orang yang ia 'cinta'. Tapi percayalah, jika aku memilih menyerah suatu saat nanti, bukannya aku lelah. Tetapi aku memang sudah terjebak dalam badai yang tak kunjung henti. Tapi selagi Tuhan mengizinkanku untuk tetap memertahankannya dalam diam, aku akan tetap mengharap datangnya matahari di tengah langit kelam. Mengharapkan bintang di tengah langit gelap malam.

Terimakasih untuk hari ini. Sebuah senyum yang mungkin berarti. Sebuah tindakan yang tak kau hiraukan kata mereka sama sekali. Dan kedekatan lewat pandangan yang bertemu dalam sepi. Terimakasih atas segalanya. Karena engkaulah alasan senyum dibalik langit senja tanpa sinarnya.

0 komentar:

Posting Komentar