Sekelebat Rasa Yang Mustahil Untuk Dirasa

Bukan hari ini saja aku merasa seperti ini. Keganjalan yang terjadi, seperti hiruk pikuk kota metropolitan yang sedang sibuk. Rumit. Mungkin kata itu yang bisa mewakili hal yang aku fikirkan untuk saat ini.
Mengapa di dalam dirimu seperti tersimpan 1000 misteri yang tak pernah terungkap. Gerak-gerikmu terkadang mencurigakan. Tetapi selalu kau tepis dengan perkataan yang meyakinkan. Akankah aku tetap percaya? Kehadiranku tak lebih dari seseorang yang sama dengan mereka yang ada di sekitarmu terlebih dulu. Mungkin hanya aku saja yang merasa dekat denganmu ditengah-tengah keramaian sekolah itu.

Saat ini, pertanyaan itu kembali bermunculan dibenakku. Entah apa yang memulai aku memikirkan ini, tapi kali ini aku benar-benar merasa janggal. Apakah benar, kamu menaruh hati padanya? Atau hanya perasaanku saja? Kau tahu, bukan? Aku bukanlah seorang peramal yang bisa menebak segala sesuatu dengan akurat. Tapi apa salahnya aku hanya menduga dengan bukti yang sudah ku pendam sejak lama. Salahkah? Mungkin akhir-akhir ini, apa yang aku lakukan selalu salah dimata-mu. Percayalah, aku tidak seperti yang mereka katakan. Yang selalu mengharapkan kehadiranmu disisiku meski kau bukan siapa-siapa. Percayalah. Aku tidak seperti itu. Aku tidak ingin membuatmu merasa terganggu atas perkataan mereka. Bahkan jika aku mau, aku bisa saja menegar-negarkan hati jika suatu saat kau mempercayai kata-kata mereka.

Sebenarnya aku keberatan, jika aku terus menerus faking smile dihadapan-mu dan dia dan mereka. Kau pasti tidak pernah merasakannya, kan? Ya, aku tahu itu. Aku sangat berbeda denganmu. Kamu yang selalu happy everyday seolah tidak ada beban yang menjadi tanggunganmu, tidak ada masalah yang membayangimu, dan tidak ada sekelebat rasa aneh seiringnya berjalannya waktu ini. Sedangkan aku? Mungkin sudah tak terhitung jika di tengah sepi, gelap, dan dinginnya malam, aku menyebut namamu dan perlahan berdo'a semoga kau selalu baik-baik saja. Dan mungkin sudah tak terfikirkan oleh siapapun, jika dalam setiap bulir bening yang berjatuhan dari langit, namamu kan terucap dalam lirihnya kata yang keluar dari mulutku. Dalam hati aku hanya bisa berdo'a, semoga dalam hujan seperti ini, kamu tidak sedang berada di luar rumah. Jujur, aku takut kamu kenapa-napa.

1 hal yang perlu kau tahu saat ini. I want to you believe in me, not the words they were saying. Just that.

0 komentar:

Posting Komentar