Apakah Tangisan Ini Dirasakan Olehnya?(2/2)

Setelah aku meresapi beberapa kalimat dalam novel yang barusan kubaca, aku mengerti, betapa bodohnya aku mempertahankan perasaan ini dan tetap mencintainya. Tapi betapa jahatnya aku jika aku mengacuhkannya dan membencinya! Toh selama ini diantara aku dan dia tidak memiliki masalah yang sangat berarti. Lantas aku harus bagaimana??!!
Aku memasuki kamar dengan langkah sedikit lemas, kemudian duduk di atas tempat tidurku. Aku ingin menangis! Tapi apa yang aku tangisi? Apa aku masih layak menangisi orang yang acuh kepadaku?! Layak-kah?! Tidak! Aku menangisi diriku sendiri! Aku menangisi perasaanku selama ini kepadanya! Kenapa harus terjadi?! Cukup aku yang merasakan sesakit ini. Tolong ya Tuhan, jangan buat dia merasakan sakit yang aku rasakan saat ini. Ini sungguh menyiksa dan menyakitkan. Seuntai kenangan itu muncul lagi dibenakku. Dari awal kami bertemu, sampai kami menjadi seperti sekarang. Kenangan ketika tengah malam, pagi hari, siang bolong, sore yang cerah, semua teringat dibenakku begitu saja. Terus terngiang suaranya yang lembut pernah menyadarkanku dari sebuah lamunan. Masih bisa aku rasakan, bagaimana caranya dia agar bisa membuatku tenang waktu aku merasa tertekan itu. Aku merindukan suara itu, aku merindukan perhatian itu, aku.. aku merindukan sosok dirimu yang selalu membuatku tertawa bahagia bahkan terharu atas perbuatan atau ucapan-mu. Aku merindukanmu! Kuharap ada sepatah kata darimu yang dapat menenangkanku dari kecemasan ini. Misalpun hanya lewat pesan.. Tapi apa itu mungkin? Disaat seperti ini? Ahh, tidak.
Sesaat setelah aku puas melampiaskan kekesalanku ini dalam air mata, rasanya aku tak ingin berbuat apa-apa. Ku matikan TV dan ponselku. Berharap tidak ada yang mengganggu pada saat-saat begini. Kemudian aku bergegas mencuci muka agar tidak terlihat habis menangis.
Aku kembali ke kamarku. Hatiku kuat! Aku harus bisa melewati cobaan ini! Aku menyamangati diriku sendiri. Lagi dan lagi. Entah sampai kapan.
Aku putuskan untuk mengecek ponselku. Aku ingin memecah keheningan(?) antara aku dan gadget-gadgetku ini.
Terasa seperti mimpi! Padahal baru saja aku menangis sekencang-kencangnya dan berharap ia datang dengan kata-katanya yang dapat memastikan bahwa ia sebenarnya tidak terlalu acuh padaku. Dan.. Kejadian itu sekarang terjadi! Aku tak percaya, kenapa bisa "pas" begini? Toh biasanya kalau sore ia jarang memegang ponselnya. Tapi kenapa? Semua kata-kata yang aku inginkan untuk memastikannya, terucap lewat pesan singkat yang masuk. Aku heran, mengapa masih saja seperti ini? Seperti... Dulu... Seperti ia bisa menebak apa yang sedang aku rasakan dan aku fikirkan. Kenapa sampai sekarang masih sering terjadi insiden "kebetulan"? Tapi apa itu benar-benar kebetulan? Dan mengapa kebetulan itu datang berkali-kali? Jika tidak? Lantas semua kebetulan itu menjadi apa? Menjadi ikatan batin yang kuat? Hahaha! Konyol. Yang jelas, disini, aku selalu merindukan-mu, meskipun setiap hari sekolah aku bisa bertemu denganmu. Entah mengapa~ Dan satu yang aku harapkan. Semoga engkau tahu, betapa sakitnya aku mencintaimu, dan betapa bodohnya aku karena tetap mempertahankan rasa itu! :')

0 komentar:

Posting Komentar