Memori Itu Kembali

22:27 WITA. Seperti biasa, kini aku sedang "bersemedi" di kamar. Tenang, bukan semedi dalam arti yang sesungguhnya, tetapi hanyalah diam sambil berkosentrasi memikirkan kejadian di balik lagu. Kejadian yang dialami penulis lagu, atau mungkin kejadian yang aku alami dan kusangkutpaut-kan dengan lagu ini? Ahh, sudahlah aku tak peduli dengan kejadian apa yang menimpa sang penulis lagu ketika ia menulis lagu ini atau apa yang sedang dipikirkannya ketika ia mengarang, tapi aku lebih memikirkan memori lampau yang terbangun lagi setelah memutar lagu ini.

Playlist lagu yang berjudul "cldymrsyvrnd" akhirnya kubuka lagi setelah aku bertekad untuk move on dari semuanya. Bukan benar-benar ingin melupakan kenangannya, jika kenangannya bisa kuingat sampai aku tua nanti, aku ingin itu, tapi aku lebih ingin untuk membuang segala euforia rasa pada saat itu. Rasa... cinta sesaat?Oh bukan-bukan. Tidak. Bukan cinta sesaat. Tidak ada yang namanya cinta sesaat. Adanya ketertarikan sesaat. Kalau bukan sesaat, itu baru namanya cinta. Lantas rasaku ini apa?

Lagu-lagu ini terus berputar layaknya tayangan film-film pendek yang digabungkan menjadi satu. Samar-samar terbayang semua kejadian itu. Di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Mataram. Mungkin jika semua kisah roman itu kutulis dalam suatu cerpen akan menghasilkan judul "1 Cinta 4 Kota 9 Cerita", Hahahaha. Ya, begitulah. Sekarang memori lampau itu telah berhasil mendominasi otakku lagi. Jujur, aku benci jika mengingat semua. Ya, SEMUA. Sampai aku mengingat mengapa aku memilih untuk pergi.

Dear "you", ...


Apa kabar? Bagaimana liburanmu?
Huh, aku berani bertaruh pasti lebih seru daripada liburanku.
Seandainya kau tahu bahwa selama dua minggu ini aku telah bersusah payah untuk menghilangkan semua rasa itu. Haha, bodoh memang, membuang waktu untuk menaruh hati padamu, kemudian menghabiskan waktu untuk sedikit demi sedikit mengikis semua rasa ini. Suatu tindakan bodoh, kan?
Ya ya, mungkin jika kau membaca ini, kau akan mengerti bagaimana rasanya jadi aku. (jika kau dapat membayangkannya). Tapi bagaimana bisa, kemungkinan kau membacanya hanyalah tidak ada 1%.
Sudahlah, ketika kita bertemu nanti, kumohon jangan membangun tembok harapan lagi jika akhirnya kau juga yang akan merobohkannya.
Kuharap kau akan baik-baik saja. Maksudku, baik-baik saja dalam hal apapun.
MUNGKIN jika suatu saat kau ingat semua memori itu, aku harap kau akan mengerti mengapa aku yang "pergi mendahului".
Terimakasih atas cerita baru yang telah kau rangkai dalam hidupku.
Aku harap kau tidak merasakan yang sama denganku. Karena kau tahu? ini perih.


-Your Secret Admirer-